THEGIFT. Sutradara: Hanung Bramantyo. Produksi: Seven Sunday Films, 2018. Memulai karir layar lebarnya lewat Brownies (2004) yang langsung menganugerahkannya Piala Citra untuk sutradara terbaik di tahun yang sama, Hanung Bramantyo sempat melaju lewat karya-karya terbaiknya; Catatan Akhir Sekolah (2004), Jomblo (2006), Get Married (2007; kembali memenangkan penghargaan yang sama) sebelum
Sajian romansa dengan tempo lambat memang sebuah anomali di tengah ramainya suguhan horor dan film action Hollywood. Namun kali ini Hanung Bramantyo memberanikan diri untuk mengantarkan Reza Rahadian dan Ayushita dalam pemaknaan cinta yang begitu dalam. Nggak ada yang salah dengan kedua aktor dan aktris berbakat tersebut. Hanya saja alur melodramatis yang seolah dipaksa dan berlebihan membuat film ini kehilangan jati diri. Bukan bermaksud membocorkan, tapi akhir film ini sungguh bisa jauh lebih baik. Ketika melihat poster film The Gift yang diunggah oleh akun Instagram resmi Reza Rahadian, saya menduga ini adalah film romansa biasa. Setelah mengetahui Reza berperan sebagai tuna netra, nggak dimungkiri jika ada kesempatan film ini bakal menarik. Kemudian saya perhatikan lagi posternya, ah, kok saya rasa bakal tahu ending-nya sih?Film garapan Hanung Bramantyo belakangan memang selalu dapat kritik karena seolah dibuat untuk kepentingan komersial semata dan abai akan nilai-nilai film itu sendiri. Yang penting ramai dan laku, ya, sudahlah. Sebenarnya nggak ada yang salah dengan film tipikal seperti itu, namun nggak ada salahnya juga menyuapi anak muda dengan tayangan yang asyik tapi tetap berkualitas. Bahkan sekadar memberikan pembelajaran terhadap sineas lain bahwa film yang ramai juga bisa disebut karya seni apik. Dan, Hanung adalah salah satu sutradara yang mungkin bisa ada yang salah dengan memilih Reza Rahadian dan Ayushita selain slentingan, “Kok Reza lagi sih?”Banyak banget orang yang protes perihal kembali dipaksa’ menyaksikan aksi Reza di layar lebar. Bukan karena meragukan kemapuannya, namun lebih mempertanyakan; memangnya nggak ada yang lain? Jawabannya adalah, nggak, memang nggak ada yang lain, My lov. Terlebih lagi, Hanung dan Reza sudah selayaknya bromance yang sering sekali terlibat proyek bersama, tentu ini jadi salah satu cara buat mengamankan produksi film. Ayushita juga tampil dengan jenius, mengimbangi bagaimana Reza yang tampaknya sudah mengeksplorasi Al Pacino yang berperan sebagai lelaki tuna netra di film Scent of A Woman 1992.Alur yang sangat lambat dengan beberapa shot yang surealis, sebenarnya cukup mendukung untuk membuat film ini berat’Salah satu scene di mana Harun sedang marah-marah, serem ih! via Awalnya film ini bercerita tentang seorang novelis bernama Tiana Ayushita yang sedang mencari inspirasi di Yogyakarta. Berbagai shot dramatis nggak luput dari keunikan Yogyakarta. Demi menceritakan latar belakang karakter yang penuh dengan lika-liku, alur film ini rela maju mundur dan dengan perlahan seperti pengen mendikte penonton bahwa tokoh Harun Reza Rahadian dan Tiana merupakan dua pribadi yang rapuh lalu bertemu untuk saling shot yang tampak imajinatif seperti berenang di luar jendela kamar juga menambah kesan bahwa film ini sangat berusaha diciptakan untuk menjadi film itu sendiri, bukan sekadar film dengan nilai komersil. Sayangnya alur yang lambat ini justru kehabisan rasa di tengah. Seolah diburu durasi film, bagian percintaan Tiana dan Harun kurang digali lebih dalam. Akhirnya penonton nggak banyak punya alasan untuk turut mengharapkan langgengnya hubungan kedua pasangan harus Italia?Sebenarnya dengan mengambil Yogyakarta, film ini sudah terasa cukup puitis’. Namun babak ketika setting beralih ke Italia, cenderung membuat saya bingung. Secara kebetulan ayah Harun bahkan tinggal di Italia dan ia akhirnya dirujuk untuk menjalani operasi mata di sana. Wow, kalau jodoh memang nggak ke mana! Namun lain halnya dengan cinta yang datang tiba-tiba, seharusnya pemilihan Italia sebagai setting selanjutnya punya alasan yang kuat. Jika setting-nya dialihkan ke Jakarta pun sebenarnya nggak akan merusak plot kok. Menurut hemat saya, lho, sebagai sobat miskin film ini sebenarnya dalam perjalanan menuju jati diri yang hakiki. Tapi penyelesaian akhirnya seperti membawanya terjun ke jurangTanpa bermaksud pengen membocorkan alur cerita, saya rasa saya harus membahas soal akhir film ini. Bagi kalian yang menganggap spoiler/bocoran adalah sebuah luka menyakitkan, silakan untuk berbesar hati, ya. Jangan lantas menuliskan kolom komentar dengan kata kasar, memaki penulis, dan kecewa bahwa ulasan ini mengandung bocoran yang cukup kurang ajar. Emosi itu akan sia-sia, my cerita film ini, jujur saja, lawak. Alih-alih ada penyelesaian jenius yang akan membuat hati penonton tergerus’, Hanung justru membuat banyak penonton membatin, “Klasik!” dengan penuh emosi. Sungguh sebuah ending yang seperti ini justru akan mengobrak-abrik usaha film ini yang sudah dimulai dengan establishing penuh rasa, konflik yang melibatkan karsa, tapi diakhiri dengan cukup memaksa. Bahkan seperti yang saya sampaikan di awal, ending film ini cenderung mudah ditebak sejak melihat poster. Betapa ngawurnya dugaan awal saya, tapi kok, ya, benar!The Gift 2018 sebenarnya sungguh bisa jauh lebih baik dari ini. Untuk mengulang kesuksesan Hanung sebagai sineas yang nggak hanya cari uang, tentu akan sangat sulit. Tapi bukannya nggak bisa, kan? Meski film The Gift belum bisa dikatakan berhasil, paling nggak film ini sudah berusaha berjalan pada jalur yang benar. Nggak apa-apa, karya selanjutnya akan segera datang. 😀
MargaretScott. A cache of intelligence documents declassified by the CIA this fall offers a new opportunity to revisit the 1965 mass killings in Indonesia, and what the US knew about them. November 2, 2015. Margaret Scott. Margaret Scott teaches at NYU's Wagner School of Public Service and is a cofounder of the New York Southeast Asia SUTRADARA Hanung Bramantyo akhirnya kembali lagi dengan kelihaian yang membuat namanya pertama kali dilirik sebagai sutradara potensial; kemampuan menggarap drama kehidupan dengan eksplorasi karakter awal mempromosikan film ini, Hanung sudah mengatakan bahwa The Gift adalah film yang personal baginya. Oleh rumah produksi Seven Sunday Films, sutradara 42 tahun ini diberi kebebasan sepenuhnya untuk mengatur pemain dan semesta dalam film ini. Nyatanya, Hanung memang tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dia langsung membawa latar cerita ke tempat yang paling diakrabinya, Yogyakarta. Dia bahkan memulainya dengan narasi yang sedikit romantis tentang kota kelahirannya itu, melalui mulut karakter utamanya, Tiana Ayushita. Hanung mengibaratkan Yogya sebagai "kota yang aromanya seperti kayu tua yang divernis". Serba tua, serba penuh kenangan, serba mampu memberikan inspirasi. Dengan semesta seperti ini, kita lalu dibawa pelan-pelan untuk mengenal Tiana, novelis yang kembali ke Yogyakarta untuk mencari inspirasi demi menulis novelnya. Dia memilih tinggal agak menyepi, di sebuah rumah tua dengan pintu kayu dan lantai keramik disewanya penuh, tapi ada satu bagian rumah yang tidak boleh dimasuki. "Itu tempat tinggalnya anak jenderal, yang punya rumah ini," kata pria santun yang mengantar Tiana berkeliling rumah. Momen-momen dalam film lantas membuat Tiana harus berurusan dengan si anak jenderal. Seorang pria tunanetra yang sinis dan minim simpati, Harun Reza Rahadian. Dari sini, mengalunlah sebuah drama tentang masa lalu yang belum termaafkan, tentang kenyamanan hidup dalam gelap dan bayang semu, serta cinta yang menyelusup tanpa bisa dikendalikan. Sebagai sebuah film, The Gift menemukan sinar terangnya tiap kali Tiana dan Harun berinteraksi. Pada saat pertemuan pertama kali mereka dalam momen sarapan, hingga saat mereka menemukan kenyataan bahwa keduanya punya latar belakang masa lalu yang sama, membuat kita akan mudah bersimpati pada yang belakangan lebih asyik membuat film supermelodrama, kembali hadir dengan kemampuannya mengolah dialog-dialog sederhana tapi penuh kedalaman, seperti yang pernah dilakukan saat menggarap Brownies 2004, Catatan Akhir Sekolah 2005, Jomblo 2005, hingga Perahu Kertas 2012. Dengan dialog yang tepat sasaran, Hanung dan penulis skenario Ifan Ismail secara diam-diam mampu menunjukkan kepada penonton karakter dan kepedihan-kepedihan hidup yang dialami Tiana dan Harun. Tak ada melodrama berlebihan seperti yang pernah dilakukan Hanung dalam Ayat-Ayat Cinta, atau Ifan dalam Ayat-Ayat Cinta yang terbawa hingga ke penonton justru dibangun dari dialog dan adegan sederhana tapi kuat. Keasyikan menonton interaksi keduanya juga dikuatkan dengan visual indah penuh metafora dan simbol. Misalnya saat Harun menyerahkan kunci gembok yang membatasi ruang mereka, sahabat Tiana yang bernama Bona, atau tiap kali Tiana memejamkan matanya untuk bisa merasakan pancaindranya bekerja. Tentu saja, semua momen tersebut bisa bekerja dan berdampak maksimal pada penonton berkat akting Reza dan Ayushita. Reza sekali lagi membuktikan dia adalah aktor muda terbaik Indonesia hingga saat ini. Kemampuannya menerjemahkan karakter jauh dibandingkan aktor-aktor muda saat ini. Sayangnya, keapikan cerita yang sudah dibangun sejak awal perlahan menghilang saat karakter Arie Dion Wiyoko datang. Pria yang sudah lama mengincar cinta Tiana ini membuat bangunan cerita sederhana nan kuat berubah menjadi melodrama yang nyaris klise. Memang tidak bisa dibilang bahwa kehadiran Arie membuat film ini menjadi buruk, tapi dia membuat The Gift gagal menyelesaikan kisahnya sebagai sebuah perenungan dan perjuangan keluar dari gelap dan masa lalu.amm Oursupport to Indonesia focuses on strengthening the agriculture sector, including crops, livestock, forestry, marine fisheries and aquaculture which are critical to reduce poverty, develop equity across the country, improve food security, and empowering women and girls. Our work and collaboration in Indonesia has existed for over 35 years and The Gift Season 1PERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Bagaimana jika ternyata hidup yang dijalani saat ini berjalan di atas sebuah misteri masa lalu? Bagaimana jika misteri itu perlahan mulai menampakkan wujudnya melalui cara-cara tidak biasa, cara-cara yang sulit dinalar oleh logika? Apakah Anda akan mengikutinya atau membiarkannya? Kebingungan seperti itu yang ditawarkan serial Turki original Netflix The Gift Season 1. Anda akan diajak mengikuti perjalanan seorang Atiye yang menegangkan dan penuh teka-teki. Tayang sebanyak 8 episode, serial ini tidak terlalu banyak memakan waktu. Tertarik untuk mulai menontonnya? Lebih baik intip sedikit cerita serial tersebut melalui sinopsis dan ulasan berikut ini. Simak yuk! Sinopsis Atiye Beren Saat adalah seorang pelukis muda dan terkenal asal Istanbul. Wanita tersebut menghasilkan banyak uang melalui menjual lukisan-lukisannya yang sebagian besar menampilkan simbol-simbol aneh. Atiye menjualnya di pameran-pameran seni bersama rekannya bernama Ozan Metin Akdülger. Suatu hari Erhan Mehmet Günsür yang merupakan seorang arkeolog membuat hidup Atiye berubah di luar kendali. Semua bermula ketika Erhan menemukan sebuah simbol yang terletak jauh di dalam jantung jaringan gua kuno. Simbol tersebut cocok dengan salah satu lukisan Atiye bahkan sama persis. Sebelumnya, ketika Atiye dan Ozan sedang mempersiapkan pameran, Cansu melihat ke arah cermin dan di sana dia mendapati seorang wanita asing berada di seberang jalan sedang menatapnya. Kembali ke simbol yang ditemukan Erhan, Atiye mengetahui informasi tersebut melalui berita terbaru di rumahnya. Atiye lantas segara mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Wanita itu langsung menuju ke area gua di Gobekli Tepe. Namun, dia berhenti di tengah jalan untuk dan membawa seorang gadis dengan simbol di dahinya. Sementara itu, Erhan yang masih berada di lokasi berjalan ke arah yang lebih dalam. Di sisi lain, rekannya bernama Celal tiba-tiba berhenti sebab mendengar seseorang menyanyikan sebuah lagu. Selanjutnya kedua orang tersebut menemukan sebuah bagian yang seolah ditutup menggunakan lilin lebah. Mereka tidak membukanya. Atiye yang sudah sampai di lokasi segera menemui Erhan dan menyampaikan mengenai simbol yang dia lukis. Atiye melanjutkan bahwa dia merasa terhubung dengan “mereka” tapi Erhan tidak begitu menganggapnya serius dan memilih pergi. Cerita The Gift Season 1 berlanjut ketika gadis dengan simbol di dahi mengetuk pintu dan meminta bantuan Atiye untuk pergi ke lokasi penggalian. Ketika itu waktu sudah menunjukkan tengah malam. Atiye mengikutinya sampai Erhan mengetahui hal tersebut dan segera menariknya ke luar. Atiye menceritakan gadis yang dia lihat punya simbol bintang di dahinya, tapi orang-orang di sekitar tidak melihatnya, keesokan harinya, Ozan melamar Atiye dan diterima. Namun, sebuah ketukan dari arah pintu mengejutkan mereka. Rupanya itu adalah Erhan yang sekaligus mengabarkan bahwa mereka sudah menemukan gadis aneh yang dimaksud Atiye. Gadis aneh tersebut terlihat sedang menggaruk simbol Atiye kembali untuk mempersiapkan pernikahannya. Sementara itu, Erhan berubah menjadi selebritas baru karena penemuannya tersebut. Atiye kembali menemui Erhan. Keduanya kemudian memilih untuk menemui dan berbicara dengan profesor mengenak simbol tersebut. Menurutnya, salah satu maknanya adalah “Siapa kamu?”. Sayangnya, disuksi dengan sang profesor harus disudahi sebab Atiye harus melakukan fitting terhadap gaun voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Pada malam harinya ketika Atiye dan Cansu pergi makan malam, Atiye mulai mendengar suara yang menakutkan. Suara tersebut mengalihkan perhatiannya dan tiba-tiba mengirimnya ke sebuah ruangan yang di dekatnya terdapat peti mati. Dari dalam, sesosok mayat merangkak ke luar untuk membebaskan diri. Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Atiye? Bagaimana simbol tersebut bisa sama persis? Apa rahasia di baliknya? Serial tentang Kekuatan Supernatural Bali Bali Surf Guide. CALL +61 02 9939 0890. ENQUIRE. It was in Bali that the surfing potential of Indonesia was first discovered, with the Bukit Peninsula's series of dreamy lefts, and their stunning backdrops, almost too perfect to be real. 50 years on the magic hasn't left, and while Uluwatu still holds centre stage, the beachies of Kelam. Begitulah kisah masa kecil Tiana yang diperankan oleh Romaria. Ditambah lagi ketika ayahnya meninggalkan rumah dan ibunya tewas gantung diri. Hal ini yang membuat Tiana sering bersembunyi di dalam gelap. Semuanya menjadi awal dari review film The Gift kali ini. Film drama terbaru Indonesia yang bisa kamu saksikan di bioskop-bioskop Indonesia. Tak lagi punya orang tua, Tiana kemudian dirawat di sebuah panti asuhan. Seorang ibu yang bijak Christine Hakim sudah dianggap sebagai ibu kandung oleh Tiana. Ketika sudah dewasa, Tiana Ayushita Nugraha sudah bisa hidup mandiri dari pekerjaan sebagai penulis novel. Tiana pun kemudian memilih pindah ke Yogyakarta di sebuah rumah kos yang sederhana agar bisa mendapatkan inspirasi menyelesaikan tulisannya Kelam bagi sang pemilik rumah kos bernama Harun Reza Rahardian. Pemuda tuna netra yang harus dibantu oleh tiga asisten rumah tangga. Harun yang sering menghabiskan waktunya menjadi seniman pun sering bertingkah aneh. Salah satunya adalah ketika Harun mendengarkan musik dengan suara yang sangat kencang yang membuat Tiana terganggu. Sempat berbeda pendapatan, namun pada akhirnya, waktu yang terus berlalu membuat Tiana mulai menaruh perhatian pada sosok Harun. Tiana meyakini bahwa masa lalunya yang kelam tidak jauh berbeda dengan Harun. Begitu juga dengan Harun. Kelam karena tidak mampu melihat lagi dengan kedua matanya karena kecelakaan. Tiana yang datang kemudian mengubah sosok Harun. Ketika Tiana dan Harun tengah dekat, tiba-tiba Tiana kedatangan sosok Arie Dion Wiyoko. Teman kecilnya saat di panti asuhan yang kini sudah sukses. Arie tiba-tiba mengungkapkan keinginan agar Tiana bisa menjadi istrinya. Tiana yang merasakan kesempurnaan pada sosok Harun menjadi bimbang ketika Arie datang. Pilihan apa yang harus dilakukannya? Sebuah jawaban yang hanya akan kamu temukan di film The Gift secara langsung di bioskop dan bisa menyimpulkan sendiri ending atau akhir ceritanya. Baca Juga Alkisah dari Film The Gift Sumber The Gift movie ID Hanung Bramantyo mencoba untuk tampil berbeda di film ini. Apalagi ketika dirinya dianggap gagal menggarap film Benyamin Biang Kerok yang tidak terlihat seperti sentuhan Hanung. Setidaknya ini diperbaiki Hanung dalam film The Gift. Tidak lagi membuat naskah yang asal-asalan, namun sepertinya The Gift sudah dipersiapkan dengan matang oleh Hanung. Film yang sebelumnya pernah tampil di JOGJA NETPAC ini setidaknya lebih baik dari film terakhir Hanung yang tampil di bioskop yaitu Benyamin Biang Kerok. Ciri khas Hanung dalam membangun karakter pemerannya mampu dilakukannya dengan baik. Hanya saja karakter Arie yang diperankan oleh Dion Wiyoko tidak mendapatkan porsi yang begitu banyak di film ini. Konflik ceritanya memang terlihat datar, namun melalui karakter utamanya yaitu Tiana dan Harun, Hanung seperti menyisipkan konflik tersebut di dalam filmnya. Semuanya bergejolak dan membuat penonton ikut merasakan langsung bagaimana batin mereka bertentangan dengan kisah antara Harun dan Tiana Semua yang ditampilkan Hanung di dalam film ini terlihat sederhana tanpa mengurangi apa yang ingin disampaikannya. Tentu saja, sebuah twist yang tidak terduga menjadi pelengkap dari film The Gift. Sangat sederhana dan cukup membuat penonton bertanya-tanya, kesimpulan apa yang mereka buat sebagai akhir dari cerita film The Gift. Tidak ketinggalan, penonton akan diajak bertamasya ke Yogyakarta dan Italia yang menawarkan pemandangan-pemandangan apik sekaligus bersahaja melalui sinematografi yang asyik. Sekilas terlihat sesuai dengan cerita yang ditawarkan Hanung yang memang sederhana. Tidak ingin ketinggalan film terbaru Indonesia di akhir bulan Mei ini? Yuk, pesan tiket bioskopnya di BookMyShow. Baca Juga Sinopsis Film The Gift Post navigationJAKARTA, - The Gift merupakan film drama romantis garapan sutradara Hanung Bramantyo. Film yang dikerjakan Hanung bersama Seven Sunday Films ini menampilkan Reza Rahardian dan Ayushita sebagai pemeran utamanya. Hadir pula Dion Wiyoko dan aktris senior Christine Hakim dalam film berdurasi 118 menit juga Sinopsis Fix You, Drama Medis Bertema Kesehatan Mental, Tayang di VIU Mengambil latar Kota Yogyakarta, The Gift menampilkan keindahan alam di kawasan Kaliurang. Film ini bercerita tentang perjalanan seorang novelis muda bernama Tiana Ayushita yang rela pindah ke Yogyakarta demi menghasilkan karya terbarunya. Di sana, ia menyewa sebuah paviliun milik keluarga Harun Reza Rahardian. Baca juga Sinopsis Film 3 Srikandi, 3 Atlet Panahan Indonesia Raih Medali di Ajang Olimpiade Tak ada yang menyangka, keputusan tersebut membawa cerita baru bagi Harun dan Tiana. Awal pertemuan mereka tak berkesan baik. Pada awalnya, Tiana terganggu dengan suara musik Harun yang begitu kencang. Baca juga Sinopsis Film Why Him? Usaha James Franco Dapat Restu untuk MenikahNamun, tanpa ia sadari, ternyata Harun adalah seorang tunanetra yang menutup diri dari lingkungannya. Seiring berjalannya waktu, Tiana pun luluh pada Harun. Sebaliknya, kepribadian Harun yang terbilang introvert menjadi penuh warna sejak kehadiran Tiana. Baca juga Sinopsis The Dude in Me, Kisah Bos Gangster Bertukar Jiwa dengan Anak SMA, Tayang di Viu Keduanya yang saling berkeluh kesah tidak menyadari bahwa cinta perlahan tumbuh di hati mereka. Akan tetapi, perjalanan cinta keduanya tak semulus yang dibayangkan. Sifat Tiana yang terlalu mandiri ternyata menjadi penghalang kedekatan mereka. Baca juga Sinopsis Absolute Zero 4, Teror Mencekam di Tokyo, Tayang di Viu Terlebih lagi, ada sahabat masa kecilnya, Ari Dion Wiyoko, yang hadir secara tiba-tiba dan menyatakan cintanya pada Tiana. Lantas, pada siapakah Tiana melabuhkan hatinya? Jawabannya ada dalam film The Gift yang dapat Anda saksikan di platform streaming Viu. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.OwHocT.